Monday, February 4, 2008

Siapakan Musuh Alfredo Reinado??

(Bersatulah Tentaraku; Rombaklah Peradilanku)
Oleh;Julio “Gil” da Silva Guterres
Petikan wawancara Mayor alfredo Reinado dengan wartawan Timor Post (TP 4/10/2006) minggu ini kembali memberikan harapan baru, warna perjuangan Alfredo Reinado setelah kabur dari tahanan bekora pada 30 agustus 2006 lalu, kembali menunjukkan nuansa politik yang lain bahwa beliau tidak memusuhi rekan – rekannya di FFDTL (Falintil/Forca defesa Timor Leste).Lantas Siapakah MUSUH Alfredo Reinado??

Tentunya Alfredo sadar bahwa wartawan bisa saja membeberkan keberadaannya kepada public dan akan mempermudah pengdeteksian dari pihak keamanan untuk proses penangkapan kembali, namun kesediaanya untuk ditemui dan diwawancarai wartawan menunjukkan bahwa dirinya betul – betul tidak sedang menyembunyikan diri atau bisa dikategorikan sebagai upaya untuk menghindari konflik dan mencari alternative permasalahan. Sejumlah pernyataannya dalam petikan wawancara yang dipublikasikan sehalaman penuh itu mengambarkan bahwa dirinya sanggat menyesalkan sistem kerja Pengadilan Timor Leste yang dinilainya tidak Imparsial dan Profesional.

“Se ema loromonu ida sala, labele loromonu hotu sala, se ema lorosa’e ida sala labele ema lorosa’e hotu sala” , kutipan kata – kata ini bisa saja memberikan harapan baru bagi masyarakat Timor Leste terutama para warga yang masih beratap tenda putih dengan tulisan UNHCR. Hanya saja perjuangan kelompok Alfredo atas ketidakpuasannya terhadap system peradilan Timor Leste justru diawali dengan pertumpahan darah, yang mana kelompoknya melakukan upaya penyerangan atau pembelaan diri dengan anggota FFDTL (aktif) yang adalah kawan – kawan militernya sendiri, yang dulunya makan sepiring, atau merokok bersama – sama di Quartel. Tentunya rekonsiliasi dan persatuan antara anggota FFDTL telah ada hanya saja waktu yang masih menundakan prosesnya. Telah muncul nuansa persatuan antara FFDTL,dan tentunya Tentara – Tentara kita (Ita nia forca) akan bersatu, namun apakah perjuangan mereka juga akan menyatu??

Pada umumnya perbaikan atau kritikan masyarakat baik itu Pemimpin Negara, rakyat biasa maupun anggota militer terhadap perubahan sebuah system termasuk peradilan Timor Leste adalah menjadi hak dan kewajiban setiap orang, namun nampaknya peradilan Timor Leste (Orgaun Judiciario) sudah tidah mengindahkan teriakan itu sendirinya. Seperti misalnya beberapa organisasi non pemerintah (NGO) di Timor Leste sudah beberapa kali berusaha untuk meminta pembenahan struktur dari system judicial itu namun tidak pernah diindahkan.
Misalkan saja kasus Francisco Akui Leong yang bermotif penyalagunaan kekuasaan yang melibatkan Jaksa Agung Timor Leste sendiri, Longinhos Monteiro tidak pernah diproses hingga tuntas, atau teriakan – teriakan lain seperti penyidangan terhadap laporan – laporan Inspektur Jenderal tentang korupsi tidak pernah ditindak lanjuti, dan masih banyak lagi kasus – kasus politik laiinya yang memang dinilai kurang diperhatikan tidak memiliki solusi penyidangan. Suatu Sistem peradilan yang tidak transparan dan terbuka akan mengakibatkan hukum akan tidak sepenuhnya memihak pada kebenaran dan keadilan karena tiadanya rasa tangung jawab semangat nasionalis atau membebaskan. Lantas apakah Mayor Alfredo bersama kelompoknya akan berhasil dalam perjuangan mereka tentang perombakan Sistem dan struktur peradilan Tiumor Leste?? Dan warna perjuangan yang bagaimanakah harus ditempuh??

Jelas bahwa jika demokrasi ingin tumbuh, baik mereka yang dipilih untuk memimpin negeri ini, maupun mereka yang tidak, harus berpartisipasi dalam pemerintahan dan politik secara konstruktif, menyelesaikan perbedaan secara terhormat, dan mengutamakan kepentingan rakyat Perubahan, tentu saja, tidak dapat diselesaikan dalam semalam. Untuk menjamin kesinambungan pada proses ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah baru Timor Leste adalah menggunakan kesempatan ini dengan bijaksana untuk memperkuat lembaga-lembaga negara ini seperti Sistem peradilan yang sedang ditantang, sehingga negara benar-benar akan diperintah berdasarkan aturan hukum, bukan oleh tingkah para pemimpin atau kelompok yang berkuasa.

Tentu saja perjuangan kolektif adalah salah satu alternative yang ditawarkan, untuk mencapai sebuah hasil yang transparan dan bertangung jawab, dan sekalipun penangkapan kembali terhadap Alfredo Reinado dan kelompoknya kembali dilakukan, tentunya sebuah pesan reformasi telah ditinggalkan bahwa perjuangan telah dimulai….Sampai berjumpa di artikel berikutnya, selamat berpikir merdeka.

No comments: