Monday, February 4, 2008

Merdeka atau Mati: Kalau Gak Merasa Merdeka, Mati Aja??

(Analisa Akhir Pekan Untuk Wartawan Koran Timor Leste)
By; Julio “Gil” da Silva Guterres
Hai…. Para Kulit Tinta… aku tahu kalian semua cape, setelah seminguan penuh pusing keliling untuk dapatin news (noticia), tapi kado ini untuk refresing saja… So long as we love we serve; So long as we are loved by others, I would almost say that we are indispensible; And no man is useless while he has a friend. They say, a journal is a safe place to wrestle with questions about LIFE. But it's not a journal. It's just a thread of my thought flowing through my finger point.

Kadang heran, melihat banyak orang yang merasa kita ini belum merdeka,.... atau mereka bilang: "kita belum merdeka sepenuhnya". Bahkan di Koran dan TVTL pun beberapa orang dengan semangatnya bilang: "ah, kita ini masih belum merdeka kok,.. jadi biasa ajahlah" Saya jadi bingung, kita ini memangnya belum merdeka ya? Trus memangnya kurang merdeka apanya nih?

Padahal menurut saya sih, kita ini udah jauh lebih merdeka daripada beberapa negara lainnya. Kita sudah bisa punya pers yang merdeka, dan kita bisa merdeka untuk cela-cela pemerintah dan kepala negara. Kita sekarang bisa lebih merdeka untuk teriak2 utuk menuntut keinginan kita disbanding 3 bulan lalu. lebih merdeka untuk teriak2 tentang ketidak adilan dan kesewenang-wenangan. Lebih merdeka untuk mencari kebahagiaan dan kesejahteraan. Dan banyak kemerdekaan lain yang kita punya.

Kalau membandingkan beberapa negara lain, kita sudah agak jauh lebih merdeka. Coba lihat Irak sana. Coba liat Kuba. Coba lihat beberapa negara afrika sana. Kalau mau lebih dekat lagi coba liat Myanmar sana. Hampir sgala-alanya dibatasi oleh pemerintah. Bayangkan akses email yang sangat2 terbatas. Bayangkan untu Email saja harus diregister ke pemerintah, dan discreening.

Dan banyak yang bilang kita belum merdeka sepenuhnya, karena kita belum merdeka dari kemiskinan (Poverty), pengangguran, kriminalitas. Cuma bagi saya kita belum merdeka dari gossip (rumoris), sebentar – sebentar kita dengar Panglima FFDTL bersama anak buahnya lari ke hutan… ehhh tahu – tahu kita sudah ketabrak mobil hanya karena hilang konsentrasi (halai ho ta’uk). Kenapa jadi begini.
Memangnya salah siapa kalau banyak kemiskinan, pengangguran atau kriminalitas. Salah presiden semata? Salah Perdana Mentri (Primeiro Ministro) semata? Salah para menteri semata? kenapa waktu PM Alkatiri memimpin kita tak berani bersuara Padahal semua warga negara mengambil bagian dari kesalahan itu lah, termasuk kita, karena negara khan terbentuk oleh para warga. ohh.mungkin takut kehilangan kursi (lakon kadeira) atau bias di tembak ..ahhh ne’e hau la fiar???????
Padahal dulu semangatnya katanya walaupun hujan batu di negeri sendiri, Timor Leste tetap negaraku . Susah atau senang mau gak yah kita mengakui bahwa negeri kita ini jauh lebih baik adanya. Jauh lebih merdeka. Dan segala kekurangan yang ada di negara kita ini bukan berarti membuat kita berkurang kemerdekaan kita (less-freedom),... Bukan berarti kita berkurang kemerdekaan kita cuman karena ada beberapa orang yang menyalahgunakan kemerdekaan itu. Justru mestinya menyegarkan kembali semangat kmerdekaan kita untuk membangun bersama, berkontribusi bersama.
Daripada mengintrospeksi diri dengan bertanya-tanya terus dan menyesali betapa "kurang merdeka"nya kita, mendingan bertanya-tanya apa yan gsudah kita berikan dan berbagi komitmen untuk memberikan sumbangan dan kontribusi ke negara kita sebagai penghargaan atas kemerdekaan yang sudah diberikan pahlawan kta. Toh kemerdekaan bukan sebagai sesuatu yang taken for granted khan?

Ingat khan teriakan merdeka atau mati yang sering diteriakin oleh para pejuang kita, dan ditulis di tembok2 ketika jaman perjuangan dulu? Apa artinya itu?Apa lantas kalau kita gak merasa merdeka, apa kita lantas mati ajah? Bukan itu khan? Dan bukan berarti kalau merasa kurang merdeka, lantas mengeluh dan do nothing?Justru slogan itu bilang ke kita untuk selalu berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan kita karena memang sudah diberikan ke kita. Jadi, bersyukurlah, dan ucapkan syukurmu dengan dirimu sendiri menghargainya, karena tak ada yang berkurang sedikitpun dari kemerdekaanmu itu.

Sejarah telah mengukir bahwa masyarakat Timor Leste mengalami penderitaan dan penindasan yag cukup lama di bawah satu kolonialisme lain, dibawah kolonialisme portugal selama 450 tahun dan kediktatoran rezim Suharto Indonesia kurang lebih 24 tahun rakyat Timor Leste dikuasai dan dibatasi ruang gerak sehingga tidak berdaya dalam segala aspek kehidupan.

Sikap dominan menjadi target para penguasa selama ratusan tahun atas persada ini, rakyat pribumi menjadi terasing di negrinya sendiri dan tidak diberi kesempatan untuk mengembangankan diri atau dipersiap menjadi suatu masyarakat yang mandiri dan bebas dalam menentukan langkah hidupnya. Sehingga sikap bersalah selalu mendominasi diri masyarakat Timor Leste apalagi manusia yang ditambah sifat agresif dan pesimis yang diturunkan oleh penjajah untuk mendominasi satu sama lain, apabila tidak ada lembaga yang menjadi penengah serta perbaikan mental – mental tersebut maka dampaknya akan menjadi kerikil – kerikil penhalang pembangunan. Sedangkan sumber daya alam (SDA) dikerut definit mereka dan sumber daya manusia (SDA) ditangalkan sembrono. Disalah satu pilar pembangunan (Media) minim sekali baik kualitas maupun kualitas kerjanya. Kita tidak sadar bahwa media adalah jantung dari suatu pembangunan bangsa karena media sebagai pengantar pendidikan masyarakat dan alat kontrol sosial, sedangkan jiwa masyarakat telah ditanam menjadi obyek keputusan yang tinggal diperintah ya bapak/I (yes man). Bagaimana masyarakat Timor Leste dalam pembangunan di era kebebasan ini? Apakah mesti dibiarkan terus? Sayang sekali masyarakat akan menjadi obyek pembangunan bukan bagian dari pembangunan di era kebebasan ini.

Sebenarnya rakyat Timor Leste seperti tidak jauh beda dengan rakyat dunia lain dikolom langit ini tetapi hanya tertinggal akan kekurangan imformasi dan kesempatan dalam pengembangan diri secara produktif dan profesional. Rakyat Timor Leste telah menhirup udara segar, seperti rakyat lain di dunia ini., maka perlu sekali diberikan kebebasan seluas – luasnya, guna memperoleh kesempatan di segala bidang, dalam konteks perbaikan serta peningkatan kualitas hidup melalui pengantar pendidikan imformasi yang memadai dan cepat ditengah – tengah masyarakat (imformasi media) sebab suatu masyarakat yang kaya dengan imformasi maka dengan sendirinya akan penting keberadaanya dalam pembangunan diri dan sosial lainnya. Karena telah mengetahui apa yang perlu dan apa yang tidak. Dalam pengertian tersebut adalah apa itu hak dan kewajiban sebagai warna dunia khususnya Timor Leste. bung jangan lupa sekarang anda semua dapat kebebasan dan kemerdekaan.. gunakan itu (tempu ne’e ita nian).
Oh ya.. kawan – kawan, Pak Horta bilang; kalau beliau mundur kita harus terima konsekuensinya … ya .. itu benar bung… kalau anda turun kemerdekaan kami para jurnalis barang kali diborgol.. nanti kami bisa kehinlangan kebebasan kali.. tapi kami tidak membuat berita bohong loh…. (Ami la bosok).. augora ne’e tempo ba sira ne’ebe hakarak sai bo’ot.. oportunidade nakloke………

No comments: